Belanegara – Gejolak ekonomi global kembali membuat harga emas bergoyang. Kebijakan proteksionis Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, yang pernah memberlakukan tarif impor tinggi terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia (meski pemberlakuan tarif 32% terhadap produk Indonesia pada 9 April 2025 merupakan informasi yang perlu diverifikasi ulang), kembali menjadi sorotan. Apakah kebijakan kontroversial tersebut bisa menjadi pemicu kenaikan harga emas? Pertanyaan ini patut dikaji lebih dalam.
Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, yang kerap dikaitkan dengan meningkatnya ketegangan perdagangan global akibat kebijakan-kebijakan Trump, berdampak langsung pada harga emas domestik. Seperti yang pernah terjadi, ketika tensi perdagangan internasional meningkat tajam, investasi cenderung beralih ke aset safe haven, termasuk emas. Hal ini mendorong permintaan emas dan mengakibatkan kenaikan harga.
Salah satu indikatornya terlihat dari harga emas batangan 24 karat produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Pada suatu periode (perlu data spesifik untuk verifikasi), harga emas pecahan 1 gram pernah menembus angka Rp1,9 juta. Lonjakan harga ini bisa diinterpretasikan sebagai respon pasar terhadap ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan-kebijakan ekonomi bersifat proteksionis.
Meskipun dampak langsung kebijakan Trump terhadap harga emas saat ini masih memerlukan analisis lebih lanjut, sejarah menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara ketidakstabilan ekonomi global dan kenaikan harga emas. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan dan pemantauan ketat terhadap perkembangan ekonomi global, khususnya terkait kebijakan-kebijakan perdagangan internasional yang berpotensi menimbulkan gejolak. Para pelaku pasar perlu mencermati dinamika ini untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam pengelolaan investasi mereka. Analisis lebih mendalam diperlukan untuk memastikan hubungan sebab-akibat antara kebijakan Trump dan kenaikan harga emas, termasuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang memengaruhi harga emas secara global.