Belanegara – Geger! Video viral di media sosial baru-baru ini mengungkap fakta mengejutkan tentang beberapa merek mewah ternama dunia. Ternyata, biaya produksi barang-barang branded yang selama ini dibanderol dengan harga selangit jauh lebih rendah dari harga jualnya. Perbedaan harga yang fantastis ini pun memicu perdebatan hangat di kalangan netizen.
Salah satu video yang beredar memperlihatkan proses produksi beberapa barang mewah di China. Video tersebut mengklaim bahwa tas Hermes Birkin, yang harganya mencapai USD 38.000 (sekitar Rp 638 juta), hanya menghabiskan biaya produksi sekitar USD 1.000 (sekitar Rp 16 juta). Selisih harga yang mencengangkan ini tentu saja membuat banyak orang tercengang.

Bukan hanya Birkin, video tersebut juga menyorot produk Lululemon. Celana legging yang dijual seharga USD 100 (sekitar Rp 1,6 juta) diklaim bisa didapatkan dengan harga jauh lebih murah, sekitar USD 5-6 (Rp 80.000-Rp 100.000), jika dibeli langsung dari produsen di China.
Menanggapi viralnya video tersebut, juru bicara Lululemon memberikan klarifikasi. Mereka menyatakan bahwa hanya sekitar 3% dari total produk mereka yang diproduksi di China, dan semua mitra resmi perusahaan telah tercantum di situs web mereka. Klarifikasi ini tampaknya berkaitan dengan kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump terhadap impor dari China beberapa waktu lalu. Sebagai balasan, pemerintah China juga menerapkan tarif tinggi terhadap barang-barang impor dari Amerika Serikat. Perang tarif ini tampaknya turut mempengaruhi strategi produksi beberapa merek ternama.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar tentang transparansi harga dan rantai pasokan dalam industri barang mewah. Apakah konsumen selama ini membayar harga yang tidak sebanding dengan biaya produksi? Pertanyaan ini masih menjadi perdebatan dan membutuhkan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap seluk-beluknya. Ke depannya, konsumen mungkin akan lebih kritis dalam memilih produk dan menuntut transparansi yang lebih besar dari para produsen.